Silaturrahim Guru dan Karyawan Muhammadiyah Surabaya 2018
Majelis Dikdasmen PDM Kota Surabaya, Rabu 25 juli 2018 bertepatan dengan 11 Dzul Qa’idah 1439H, mengadakan acara silaturrahim guru dan karyawan muhammadiyah se-Surabaya. Acara tersebut merupakan agenda tahunan Majelis Dikdasmen PDM Kota Surabaya yang pada kali ini di helat di Islamic Center.
Berbicara mengenai Silaturrahim, banyak beberapa dari kita masih memperdebatkan mana yang beanar antara “Silaturrahim” dan “Silaturrahmi”. Untuk menjawab permasalahan tersebut mari kita simak ulasan berikut.
Secara bahasa , kata “silaturrahim” atau “silaturrahmi” itu berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata; silat dan ar-rahim atau ar-rahmi.
(صلة الرحم)Silat itu huruf-hurufnya adalah : shaad, laam dan taa’ marbuthah,(صلة)
Taa’ marbuthah tersebut tetap diucapkan taa’ apabila kata ini diidhofahkan (disambungkan) dengan kata lain, tapi kalau disebut secara terpisah diucapkan “silah” memakai haa’. Transliterasi (penyalinan huruf abjad ke huruf abjad lain) silat atau silah itu sebenarnya kurang tepat, karena huruf pertama adalah shaad, bukan siin. Yang lebih tepat jika ditulis shilat/h atau silat/h dengan titik di bawah huruf s. Silat atau silah artinya sambungan atau menyambung atau menjalin atau menghubungkan.
Sedang ar-rahim atau ar-rahmi dari satu akar kata yang sama yaitu rahima – yarhamu. Transliterasinya ada yang menulis seperti di atas, dan ada pula yang menulis seperti berikut: al-rahim atau al-rahm. Dari kata-kata rahima – yarhamu bisa menghasilkan dua bentuk masdar (kata infinitif) yang berbeda dan mempunyai arti yang berbeda pula; Pertama: rahima – yarhamu – ruhman – wa ruhuman – wa rahmatan – wa rahamatan – marhamatan yang artinya kasih sayang. Kedua: rahima – yarhamu – rahman – wa rahaman – wa rahamatan yang mempunyai arti rasa sakit pada rahim wanita setelah melahirkan.
Dari penjelasan ini tampak bahwa bahasa Arab itu mempunyai makna yang luas, sehingga dengan demikian tidak salah jika kita mengatakan silaturruhmi, silaturruhumi, silaturrahmati, silaturrahamati, silatulmarhamati. Namun yang paling tepat adalah “silaturrahim”, karena ini disebut dalam banyak hadis, antara lain seperti berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: “مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”. [رواه البخاري ومسلم واللفظ للبخاري]
Artinya: “Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya atau ditambahkan umurnya maka hendaklah ia menyambung kekerabatannya”.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Jadi meskipun dalam hal ini yang paling tepat adalah “silaturrahim” atau “silaturrihmi”, kami berpendapat, jika kata-kata Arab itu telah menjadi bahasa kita, maka tidak mengapa menuliskan atau mengucapkannya sesuai dengan yang mudah bagi lisan kita. Tambahan pula, bahasa itu berkembang dan senantiasa mengalami modifikasi, apalagi ketika ditransliterasikan (disalin) atau diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Dan bukan suatu kesalahan menurut syara’ jika kita melakukan hal itu.